kisi2 nahwu
الإعراب: هو أو تغير أواخر الكلم باختلاف العوامل الداخلة عليها لفظا، أو تقديرا
“I’rob adalah perubahan akhir kalimah (kata) yang disebabkan oleh perbedaan ‘amil yang masuk kepadanya, baik secara lafadz maupun dikira-kirakan (taqdiri)”
Dari pengertian tersebut, dapat kita tangkap, bahwa inti dari i’rob adalah perubahan akhir kata.
Jadi, saat belajar i’rob, fokusnya adalah perubahan akhir kata, apakah nanti dibaca fathah, kasrah, dhammah, sukun, atau dengan membuang huruf.
Kebalikan dari i’rob nanti adalah bina, yang artinya harakat huruf akhirnya tetap, tidak berubah.
Perubahan akhir kata ini disebabkan karena amil yang masuk kepadanya.
A’mil itu bervariasi, ada yang menuntut adanya fa’il (atau naibul fail), menuntut adanya maf’ul bih, atau menuntut majrur.
Pembagian I’rob Dalam Ilmu Nahwu
Dari pengertian i’rob di atas, kita bisa membagi i’rob menjadi dua macam yaitu:
- I’rob lafdzi
- i’rob taqdiri
Dan sebenarnya masih ada satu lagi yang tidak disebutkan di kitab al ajrumiyah, yaitu i’rab mahalli.
I’rab Lafdzi
I’rab lafdzi adalah perubahan akhir kata yang terlihat dengan jelas di lafadznya secara dhahir (kasat mata).
Contohnya, silakan lihat perubahan harakat akhir dari kata muhammad berikut ini:
- قَامَ مُحَمَّدٌ (Muhammad telah berdiri).
- نَصَرْتُ مُحَمَّدًا (aku telah menolong Muhammad).
- مَرَرْتُ بِمُحَمَّدٍ (saya berjalan bersama Muhammad).
Secara dzahir, kita bisa melihat perubahan harakat akhir katanya, dan ini disebut dengan i’rob lafdzi.
Secara lafadz memang kasat mata terlihat perubahannya.
I’rab Taqdiri
Jenis i’rab yang kedua yaitu taqdiri atau dikira-kirakan.
I’rob yang dikira-kirakan disebut i’rob taqdiri.
I’rob ini biasanya masuk pada Isim Maqshur dan Isim Manqush, yaitu yang diakhir dengan alif atau ya lazimah.
Contohnya:
- جَاءَ الْفتَى, aslinya adalah جَاءَ الْفتَيُ lalu harakat dhommahnya tidak dinampakkan, tapi hanya dikira-kirakan, makanya disebut taqdiri.
- نَصَرْتُ الْفتَى aslinya نَصَرْتُ الْفتَىَ tapi harakat fathahnya tidak dinampakkan, hanya dikira-kirakan.
- مَرَرْتُ بِالْفتَى aslinya مَرَرْتُ بِالْفتَىِ tapi harakat kasrahnya tidak dinampakkan.
I’rab Mahalli
I’rab mahalli adalah i’rab yang tidak memiliki tanda-tanda baik lafdzi maupun taqdiri, tapi secara hakikat, dia memiliki kedudukan i’rab.
Contohnya: نَصَرْتُهُمْ (aku telah menolong mereka).
Dhamir hum di sini tidak memiliki tanda i’rab karena ia termasuk dalam isim mabni.
Namun, secara hukum, posisi dhamir hum adalah dalam i’rab nashab karena menjadi maf’ul bih.
Tanda i’rabnya tidak ada, karena i’robnya bersifat mahalli.
Macam-Macam I’rob
I’rab Diklasifikasikan Menjadi 4
Melanjutkan ke materi di kitab Jurumiyah, macam-macam i’rab dibagi menjadi 4.
Berikut ini penjelasannya.
وأقسامه أربعة: رفع ونصب وخفض وجزم؛ فللأسماء من ذلك الرفع والنصب والخفض ولا جزم فيها، وفي الأفعال الرفع والنصب والجزم منها، ولا خفض فيها.
“Pembagian i’rob ada 4: rofa’, nashab, khofadh (jer) dan jazem. Bagi isim, i’robnya adalah rofa’, nashab, dan jer, tidak ada jazm baginya, sementara untuk fiil: rofa’, nashab, dan jazm, tidak ada jer baginya“.
Empat Jenis I’rab Tersebut:
- I’rab rofa’
- I’rab nashob.
- I’rab Jer (Khofdh).
- I’rab Jazm.
Dari ibarat di atas, diambil kesimpulan:
- i’rob yang bisa masuk pada kalimat isim: rofa’, nashob, jer.
- i’rob yang khusus masuk pada kalimat isim adalah: jar (khofadh).
- i’rob yang tidak bisa masuk kepada isim adalah: jazm.
- i’rob yang bisa masuk pada kalimat fi’il: rofa’, nashob, jazem.
- I’rob jazm khusus masuk ke kalimat fiil.
- i’rob yang tidak bisa masuk kepada fi’il adalah: jar.
Setelah mengetahui kalau i’rob dibagi menjadi 4, berikut ini penjelasan lebih lanjutnya:
I’rab Rofa’
Setiap i’rab memiliki tanda atau alamat.
Tanda asli dari i’rab rofa’ adalah dhommah. 3 tanda lainnya adalah: wawu, alif, dan nun.
Contohnya sebagai berikut:
Dhommah, Ada Pada:
- isim mufrod, contohnya: قَامَ مُحَمَّدٌ، جَاءَ فَاطِمَةُ. Lihat harakat akhirnya berupa dhommah (warna merah)
- jamak taksir, contohnya: جاَءَ رُسُلٌ (para utusan telah datang). Rusulu adalah jamak taksir dari رَسُوْلٌ.
- jamak muannats salim, contohnya: قَامَ مُسْلِمَاتٌ.
- Fiil mudhori’ yang akhirnya tidak bertemu sesuatu (الفعل المضارع الذي لم يتصل بآخره شيء), contoh: يضربُ زيدٌ (i’rab lafdzi)، يخشَى عمرٌو (taqdiri)، يرْمِي بكرٌ (taqdiri).
Wawu, Ada Pada:
- Jamak Mudzakkar Salim, contohnya: جاَءَ الْمُسْلِمُوْنَ.
- Asmaul Khomsah, contohnya: جَاءَ أَبُوْكَ وأَخْوْكَ وَحَمُوْكَ وَفُوْكَ وَذُوْ مَالٍ.
Alif, Ada Pada:
- Isim tatsniyah, contohnya: جَاءَ الْمُسْلِمَانِ، جَاءَ الْمُسْلِمَتَانِ.
- untuk mengetahui apa itu mutsanna atau tasniyah, baca juga: contoh isim mutsanna.
Nun, Ada Pada:
- Fiil mudhore yang kemasukan wawu jamak, ya muannas, alif tatsniah (af’alul khomsah).
- wawu jamak, contohnya: يَفْعَلْوْنَ ، تَفْعَلُوْنَ.
- ya muannats, contohnya: تَفْعَلِيْنَ.
- alif tatsniyah, contohnya: يَفْعَلَانِ، تَفْعَلَانِ.
Untuk memudahkan menghafalkan, coba hafalkan tashrifan lughawi fiil mudhari berikut:
5 fiil yang mengikuti kaidah di atas dibaca rofa dengan tanda berupa nun.
I’rab Nashob
Tanda asli dari i’rab nashob adalah fathah. Alamat lainnya: alif, kasroh, ya, dan hadzfu nun (membuang nun).
Berikut ini penjelasannya:
Fathah
- isim mufrod, contohnya: رَأَيْتُ الْمُسْلِمَ.
- jamak taksir, contohnya: رَأَيْتُ الرِّجَالَ .
- fiil mudhori mansub yang kemasukan ‘amil nawashib dan akhirnya tidak bertemu sesuatu, contohnya: لَنْ يَسْتَنْكِفَ.
Alif
- Asmaul khomsah seperti رَأَيْتُ اَبَاكَ dan 4 isim yang lainnya.
- yang paling sering kita dengar misalkan, aba bakrin, aba hurairata, dll.
Kasroh
- Jamak muannats salim, contohnya: رَأَيْتُ الْمُسْلِمَاتِ.
Ya’
- Isim tatsniyah, contohnya: رَأَيْتُ الْمُسْلِمَيْنِ.
- Jamak mudzakkar salim, contohnya: رَأَيْتُ الْمُسْلِمِيْنَ.
- Baca juga: beda isim tasniyah dan jamak mudzakkar salim.
Membuang Nun
- pada af’alul khomsah, contohnya di al Quran: اَنْ يُؤْمِنُوْا. Dalam bentuk rofa’ يُؤْمِنُوْنَ, lalu kemasukan ‘amil nawashib yaitu an sehingga dibuang nunnya menjadi يُؤْمِنُوْا.
I’rab Jer
Tanda asli i’rab jer adalah kasrah, sedangkan yang lainnya adalah ya’ dan fathah.
Perlu ditegaskan lagi, i’rab jer ini khusus hanya untuk kalimat isim, tidak untuk kalimat fiil.
Kasroh
- isim mufrod munshorif (menerima tanwin), contohnya: مَرَرْتُ بَمُحَمَّدٍ، مَرَرْتُ بالْفَتَى
- Jamak taksir, contohnya: مَرَرْتُ بِالرِّجَالِ .
- Jamak muannats salim, contohnya: مَرَرْتُ بِالْمُسْلِمَاتِ.
Ya’
- asmaul khomsah: مَرَرْتُ بِأَخْيْكَ.
- isim tatsniyah: مَرَرْتُ بِالْمُسْلِمَتَيْنِ.
- jamak mudzakkar salim: مَرَرْتُ بِالْمُسْلِمِيْنَ.
Fathah
- isim ghairu munsharif (tidak menerima tanwin), contohnya: مررت بأحمدَ وإبراهيمَ.
- Kecuali jika isim ghairu munsharif ini dikasih al di depannya atau menjadi mudhaf, maka tanda i’rab jernya berupa kasroh, bukan fathah, contohnya kata Romadhon di niat puasa: َوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ.
Baca juga: 19 isim di surat al fatihah.
I’rab Jazm
I’rab jazem memiliki dua tanda yaitu sukun dan hadzfu nun.
Sukun
- sukun adalah tanda asli dari i’rab jazm.
- berlaku pada fiil mudhari’ shahih akhir.
- contohnya: لَمْ يَكُنْ.
Hadzfu (Membuang)
- berlaku pada fiil mudhari mu’tal akhir, contohnya: لَمْ يخشَ زيدٌ. dengan membuang ya (asalnya: يخشَى ).
- berlaku pada fiil mudhari yang saat rofa’ dengan tetapnya nun, contoh: لَمْ يَضْرِبَا.
Komentar
Posting Komentar